Yeti mahluk mistreats di pegunungan tertinggi di Indonesia. Sumber : http://www.science-rumors.com |
Dr Charlotte Lindqvis, pakar genomik beruang mengungkapkan bahwa sains moderen telah berhasil memecahkan misteri Yeti. Berdasarkan jurnal ilmiah biologi yang diterbitkan dalam Prosiding Royal Society diketahui bahwa Yeti adalah beruang, mempunnyai tubuh lebih besar dari manusia dan mampu berjalan dengan dua kaki untuk menjelajah gunung Himalaya.
"Saya seorang ahli biologi dan ahli genetika dan pasti Yeti hanyalah mitos, yang sama sekali tidak pernah menggunakan sudut pandang ilmiah," kata Lindqvst, seperti yang dilansir oleh eta.latimes.com,
Sebelumnya diketahui bahwa, Yeti merupakan manusia salju menakutkan mirip primata yang hidup di pegunungan Himalaya di Nepal, dan Tibet.
Rekaman Yeti saat menjelajah. Sumber : Sumber : http://www.science-rumors.com |
Setelah berhasil menganalisis DNA dari sembilan spesimen purba Yeti, diketahui bahwa lima dari Yeti yang diawetkan adalah beruang. Sedangkan spesimen lainnya berasal dari beruang cokelat Tibet, beruang coklat Himalaya, spesimen tangan fosil beruang hitam Asia, dan spesimen gigi seekor anjing.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lindqvist, bertentangan terhadap hasil studi tahun 2014 oleh Bryan Sykes, seorang ahli genetika manusia di Oxford. Sebelumnya, Sykes mengklaim menemukan kecocokan genetik antara dua sampel yang diduga Yeti dengan beruang kutub cokelat yang berasal dari Himalaya dan hidup puluhan ribu tahun yang lalu.
“jika didasarkan dengan bukti genom mitokondria, mungkin terlalu pendek. Namun, berdasarkan bukti spesimen yang ia miliki ada kaitannya dengan beruang.” kata Lindqvst
Dalam memecahkan misteri Yeti ini, Sykes dan Lindqvst diminta oleh perusahaan produksi televisi Inggris Icone Films untuk meneliti ilmu pengetahuan dibalik misteri tersebut. Menurut Lindqvst, ketika Icon Films menelepon, dia dengan senang hati masuk ke proyek tersebut karena dia ingin belajar lebih banyak tentang keragaman genetik beruang di wilayah terpencil di dunia.
Dalam proyek tersebut, selama 1,5 tahun Lindqvst menganalisis urutan genetik dari total 24 spesimen, termasuk 12 sampel beruang coklat Himalaya yang dikumpulkan dari Taman Nasional Khunjerab di utara Pakistan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa, beruang cokelat Himalaya memiliki komposisi genetik yang menyimpang dari beruang nenek moyang, yaitu sekitar 658.0000, hal yang menyebabkan percabangan subspesies pertama. Sedangkan Beruang Tibet, bercabang dari keturunan Amerika Utara dan Eurasia pada 342.0000 tahun yang lalu.
Lindqvst menyimpulkan, meskipun beruang coklat Tibet dan Himalaya hidup berdekatan satu sama lain, tampaknya hanya ada sedikit pembauran dari dua subspesies tersebut. Menurutnya, hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh kondisi topografi wilayah Himalaya yang unik dan menantang telah membuat kedua subspesies ini terpisah satu sama lain selama ratusan ribu tahun.
“tapi saya juga berharap bisa memberi perhatian pada kelompok beruang yang telah berevolusi secara independen selama ratusan ribu tahun ini," katanya.
beta.latimes.com
0 komentar:
Posting Komentar