Selasa, 05 Desember 2017


Elon Musk akan luncurkan Tesla Roadster, mobil tercepat di dunia ke Mars. Sumber : Dailymail 

Pendiri Perusahaan SpaceX, Elon Musk mengatakan akan meluncurkan Tesla Roadster yaitu mobil listrik tercepat di dunia ke Mars. Rencana, sebuah roket SpaceX akan lepas landas dari Apollo 11 Cape Canaveral pada bulan Januari 2018. 

"sebuah roket SpaceX, yang dikenal sebagai Falcon Heavy, akan lepas landas dari Cape Canaveral," kata Elon Musk dalam sebuah Twetter, seperti yang dilansir oleh dailymail pada 4 Desember 2017.

Musk meluncurkan Tesla Roadster pada bulan lalu, mobil tersebut seharga $ 200.000, dengan spesifikasi mampu menampung empat orang, dan menempuh jarak 1000 km dengan sekali charge. Sementara, soal kecepatan  untuk melaju per 100 km/jam mobil tersebut hanya butuh waktu 1,9 detik, mobil ini juga memiliki kecepatan tertinggi yaitu lebih dari 402 km/jam.

Proyek dari perusahaan tersebut merupakan misi terambisius Musk, sejak tahun 2002. Tujuan berdirinya SpaceX adalah untuk mengurangi biaya transportasi luar angkasa untuk penjelajahan Mars.

Roket Falcon Heavy akan membawa Tesla Roadster ke Mars. Sumber : Dailymail

Sebelumnya, pekan lalu SapceX telah menunda peluncuran roket Falcon Heavy raksasa sampai  pada tahun depan.

"penundaan tersebut dikarenakan, tahun ini perusahaan masih menguji roket tersebut dalam sebuah uji coba api statis," kata Musk

Sedangkan, menurut Spacefilight Now, SpaceX siap meluncurkan roket Falcon 9 single-core ke landasan 40 di Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral. Untuk mendukung Falcon Heavy, tanggal 8 Desember perusahaan sudah memulai mengirim kargo ke Stasiun Luar Angkasa Internasional, membebaskan landasan 39A untuk upgrade dan perlengkapan akhir.

SpaceX juga mengumumkan akan membangun rocket Falcon Heavy lebih besar, agar dapat mengangkut manusia ke mars.

Sedangkan Musk,  berharap pada tahun 2022 nanti ia dapat mendaratkan setidaknya dua pesawat ruang angkasa lagi di Mars.


Sumber : http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-5144681/Elon-Musk-says-plan-send-Tesla-mars.html



Ini Lho, Mobil Tercepat Di Dunia Akan Meluncur Ke Mars

Read More

Minggu, 03 Desember 2017


Yeti mahluk mistreats di pegunungan tertinggi di Indonesia. Sumber : http://www.science-rumors.com


Dr Charlotte Lindqvis, pakar genomik beruang mengungkapkan bahwa sains moderen telah berhasil memecahkan misteri Yeti. Berdasarkan jurnal ilmiah biologi yang diterbitkan dalam Prosiding Royal Society diketahui bahwa Yeti adalah beruang, mempunnyai tubuh lebih besar dari manusia dan mampu berjalan dengan dua kaki untuk menjelajah gunung Himalaya.

"Saya seorang ahli biologi dan ahli genetika dan pasti Yeti hanyalah mitos, yang sama sekali tidak pernah menggunakan sudut pandang ilmiah," kata Lindqvst, seperti yang dilansir oleh eta.latimes.com,

Sebelumnya diketahui bahwa, Yeti merupakan manusia salju menakutkan mirip primata yang hidup di pegunungan Himalaya di Nepal, dan Tibet.

Rekaman Yeti saat menjelajah. Sumber : Sumber : http://www.science-rumors.com

Setelah berhasil menganalisis DNA dari sembilan spesimen purba Yeti, diketahui bahwa lima dari Yeti yang diawetkan adalah beruang. Sedangkan spesimen lainnya berasal dari beruang cokelat Tibet, beruang coklat Himalaya, spesimen tangan fosil beruang hitam Asia, dan spesimen gigi seekor anjing. 

Berdasarkan  hasil penelitian yang dilakukan oleh Lindqvist, bertentangan terhadap hasil studi tahun 2014 oleh Bryan Sykes, seorang ahli genetika manusia di Oxford. Sebelumnya, Sykes mengklaim menemukan kecocokan genetik antara dua sampel yang diduga Yeti dengan beruang kutub cokelat yang berasal dari Himalaya dan hidup puluhan ribu tahun yang lalu.

“jika didasarkan dengan bukti genom mitokondria, mungkin terlalu pendek. Namun, berdasarkan bukti spesimen yang ia miliki ada kaitannya dengan beruang.” kata Lindqvst

Dalam memecahkan misteri Yeti ini, Sykes dan Lindqvst diminta oleh perusahaan produksi televisi Inggris Icone Films untuk meneliti ilmu pengetahuan dibalik misteri tersebut. Menurut Lindqvst, ketika Icon Films menelepon, dia dengan senang hati masuk ke proyek tersebut karena dia ingin belajar lebih banyak tentang keragaman genetik beruang di wilayah terpencil di dunia.

Dalam proyek tersebut, selama 1,5 tahun Lindqvst menganalisis urutan genetik dari total 24 spesimen, termasuk 12 sampel beruang coklat Himalaya yang dikumpulkan dari Taman Nasional Khunjerab di utara Pakistan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa, beruang cokelat Himalaya  memiliki komposisi genetik yang menyimpang dari beruang nenek moyang, yaitu sekitar 658.0000, hal yang menyebabkan percabangan subspesies pertama. Sedangkan Beruang Tibet, bercabang dari keturunan Amerika Utara dan Eurasia  pada 342.0000 tahun yang lalu. 

Lindqvst menyimpulkan, meskipun beruang coklat Tibet dan Himalaya hidup berdekatan satu sama lain, tampaknya hanya ada sedikit pembauran dari dua subspesies tersebut. Menurutnya, hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh kondisi topografi wilayah Himalaya yang unik dan menantang telah membuat kedua subspesies ini terpisah satu sama lain selama ratusan ribu tahun.

“tapi saya juga berharap bisa memberi perhatian pada kelompok beruang yang telah berevolusi secara independen selama ratusan ribu tahun ini," katanya.

beta.latimes.com

Peneliti Berhasil Pecahkan Misteri Mengerikan Yetii

Read More

Letusan super dari gunung berapi dapat hancurkan kehidupan. Sumber :  https://www.express.co.uk/news/science/886062/volcano-super-eruption-research-destroy-humanity-entire-continent-ash-cloud

Peneliti dari University of Bristol memperingatkan mengenai akan datangnya erupsi vulkanik super yang dapat menghancurkan kehidupan. Letusan super besar dapat menyebabkan Bumi kembali ke keadaan sebelum peradaban.

“Kita sedikit beruntung untuk tidak mengalami lentusan super super saat ini. Namun, tidak adanya letusan super dalam 20.000 tahun terakhir, tidak menyiratkan adanya keterlambatan untuk menyaksikan hal tersebut.” kata Jonathan Rougier, profesor ilmu statistik di Universitas Bristol, superit yang dilansir oleh express.com.

Ledakan raksasa ini bisa menghancurkan planet yang kita tempati saat ini, menghasilkan abu vulkanik yang cukup untuk menutupi seluruh benua dan menyebabkan kekacauan cuaca di Bumi. 

Miaslnya, gunung berapi super seperti Yellowstone mulat menunjukkan tanda-tanda potensi letusan, yang diduga dalam waktu dekat dapat mendatangkan malapetaka bagi kehidupan bumi.

Selain itu, pulau yang berada di tengah danau Toba menunjukkan  pertanda bahwa permukaan bumi  mengelembung akibat tekanan magma dari perut bumi, ini merupakan situs yang pernah mengalami erupsi super besarnya. Menurut peneliti sampai saat ini situs di danau Toba tersebut semakin aktif.

Menurut peneliti, temuan baru menunjukkan erupsi super berikutnya bisa jadi jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Letusan super terjadi kira-kira setiap 17.000 tahun sekali, namun letusan juga bisa terjadi sesering mungkin yaitu setiap 5.200 tahun. Letusan super tersebut dapat melepaskan 1.000 gigaton abu ke udara, padahal letusan sebelumnya hanya melepaskan 100 juta metrik ton abu.

Teknologi dan teknik yang digunakan untuk menentukan waktu rata-rata akan terjadinya letusan super, juga dapat digunakan untuk mengubah pendekatan ahli seismologi dalam melihat gempa bumi.

Rougier, mengungkapkan berdasarkan sejarah geologi letusan super terakhir terjadi pada 20.000-30.000 tahun yang lalu. Menurutnya, gunung berapi saat ini lebih mengancam peradaban bumi, sampai saat ini ada banyak letusan gunung berapi, namun manusia saat ini belum pernah melihat letusan super tersebut.

express.co.uk


Erupsi Vulkanik Super Potensi Hancurkan Kehidupan

Read More

DNA Sumber :  https://www.scientificamerican.com/article/ldquo-alien-rdquo-dna-makes-proteins-in-living-cells-for-the-first-time/Ian Cuming Getty Images 

Ahli kimia Floyd Romesberg dari Scripps Research Institute di La Jolla, California, dan rekan-rekannya, berhasil menciptakan antibodi baru dengan menggunakan kode genetik asing yang ditambahkan kedalam DNA Escherichia coli.

Berdasarkan, jurnal Nature diketahui terdapat dua asam amino sintetik yaitu PrK dan pAzF (X dan Y sebagai kode genetik asing) yang ditambahkan ke dalam tRNA saat proses sintsis protein. Sejauh ini, secara fungsional timnya telah mengidentifikasi 12 kodon yang mengandung X dan Y.

“Prestasi baru ini mempunyai tujuan untuk menemukan kembali aspek kehiduapan yang paling mendasar.” kata Romesberg

Agar sel dalam suatu organisme dapat menggunakan komponen baru tersebut, peneliti memodifikasi tRNA, yaitu RNA yang bertugas dalam menerjemahkan kodon dan mengikat asam-asam amino  yang akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke ribosom. 

“adanya asam amino baru tidak merubah bentuk atau fungsi dari tRNA,” kata Romesberg

Timnya menambahkan dua jenis kode asing tersebut ke dalam DNA  sel bakteri Escherichia coli. Sel bakteri tersebut kemudian menggunakan kode genetik asing tersebut untuk memasukkan asam amino yang tidak alami ke dalam tRNA.

Romesberg, selama dua dekade terakhir telah berhasil membuat ratusan molekul DNA. Hasilnya, tidak seperti pasangan basa konvesional, kodon disini tetap dapat berikatan bersamaan dengan atom hidrogen. Kode genetik asing ini tetap menyatu karena sifat ketidakterbatasannya dalam air. Dimana dalam hal ini periset menirukan bagaimana tetesan minyak mengumpul di air (hidrofobik).

Dalam karya yang tidak dipublikasikan, Romesberg beserta timnya telah memasukkan pasangan kode genetik asing tersebut ke dalam situs gen yang terlibat dalam resistensi antibiotik. Hal tersebut menyebabkan, bakteri yang melepaskan DNA asing menjadi sensitif terhadap obat penisilin.

Pada umumnya, organisme membutuhkan 20 asam amino, yang berasal dari 64 rangkaian kodon dan 4 basa nitrogen yang terdiri dari adenin (A), timin (T), sitosin (C) dan guanin (G).

Sebelumnya, pada tahun 2014 berdasarkan sebuah makalah yang diterbitkan diketahui bahwa, tim Romesberg telah menciptakan E. coli sehat dan semi sintetis yang tidak menolak DNA asingnya. Dalam penelitian tersebut menggunakan DNA sintetis yang disebut dNaM dan d5SICS (X dan Y). Namun, yang menjadi kendala dalam percobaan tersebut adalah semakin lama sel cenderung kehilangan informasi DNA asing mereka dari waktu ke waktu.

Beberapa peneliti juga melakukan hal yang sama untuk melakukan perluasan kode genetik, ahli genetika George Church dari Harvard Medical School di Boston, Massachusetts, sedang mengerjakan repurposing codon yang berlebihan untuk menentukan asam amino baru.

Sedangkan, tim yang dipimpin oleh Benner dan Ichiro Hirao, seorang ahli kimia biologis di Institute of Bioengineering and Nanotechnology di Singapura, telah mengembangkan sistem tabung percobaan untuk menggunakan DNA asing, yang berfungsi untuk menyandikan asam amino yang tidak alami. 

Sebelumnya, Romesberg  juga telah memulai dengan sebuah perusahaan bioteknologi, yang disebut Synthorx, di La Jolla, yang mencoba memasukkan asam amino sintetik ke dalam obat berbasis protein seperti IL-2,  yaitu sebuah protein yang mengatur jumlah sel darah putih.

Menurut Hiro, protein yang mengandung asam amino sintetik dapat dibut dalam sekala yang lebih besar dan murah hanya dengan mengguankan bakteri. Hal tersebut tentu  dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan obat antibodi baru. 

“karena sistem Romesberg mengandalkan kekuatan hidrofobik yang relatif lemah untuk menahan pasangan basa asing, potensinya untuk aplikasi industri mungkin terbatas,” katanya


scientificamerican.com

Antibiotic Baru dari DNA X dan Y

Read More


Snailfish, akan kecil, transparant, yang mampu hidup di lingkungan ekstrim di Paling Mariana

Pertama kalinya, ilmuwan tenemukan snailfish di Palung Mariana, ikan tersebut berrenag pada bagian laut yang sangat dalam, gelap dan dingin. Berdasarkan penelitian baru, yang telah dipublikasikan secara online, pada 28 November di jurnal Zootaxa, diketahui bahwa snailfish merupakan ikan bertubuh kecil, mempunyai kulit transparan berwarna pink, tanpa sisik. Jika dilihat berdasarkan karakteristik tampaknya ikan tersebut tak mungkin hidup pada zona hadal.

“Tidak ada yang pernah membawa kembali ikan dari kedalaman ini sebelumnya, jadi ketika para ilmuwan melihat ikan ini, para ilmuwan menduga mereka melihat spesies baru,” kata Gerringer, seperti yang dilansir Live Science pada 30 November 2017.

Menurut peneliti, tubuh snailfish yang kecil Haiti seminar 9 cm tampak  tidak mampu bertahan di lingkungan dengan kedalaman 26.200 kaki (8.000 meter), ternyata tampak mendominasi hidup di ekosistem laut dalam. Selain itu, snailfish menjadi ikan kecil yang mengeksploitasi kehidupan laut dalam, tidak adanya pesaing membuatnya bebas untuk melahap mangsanya yaitu berupa avetebrata yang berlimpah dan menghuni parit. Biasanya, untuk mendapatkan makanan berupa krustasea atau udang-udangan, ikan akan berkelompok. 

Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfir Nasional, Palung Mariana merupakan bagian laut yang bearda di zona hadal, sebagian besar daerahnya terdiri dari parit laut dan membentang dari kedalaman sekitar 19.685 sampai 36.089 kaki (6.000 sampai 11.000 m). Wilayah juga mengalami tekanan yang tak tertandingi dalam banyak kehidupan. Di bawah Palung Marina terdapat wilayah berbentuk corong mempunyai tekanan mencapai 5.750 lbs. per inci kuadrat. Tekanan yang sangat besar tersebut dapat membuat  hancurnya paru-paru manusia, jika tidak menggunakan pelindung. 

Menurut Pusat Perikanan Alaska (AFSC), hewan dengan nama ilmiah Pseudoliparis swirei tetap dapat hidup dalam tekanan yang dapat menghancurkan sekalipun. Keluarga snailfish terdiri dari 300 spesies yang menghuni di berbagai kedalaman laut. Pada tahun 2014 dan 2017, para ilmuwan telah mengumpulkan 38 spasimen snailfish pada kedalaman sekitar 22.600 sampai 26.200 kaki (6.900 sampai 8.000 m).

"Kami menempatkan pendaratan di atas kapal, dan tenggelam dengan beban pemberat baja. Diperlukan waktu sekitar 4 jam agar pendarat bisa tenggelam sampai ke dasar parit (laut dalam),” 
Tulis Mackenzie Gerringer, seorang peneliti postdoctoral di University of Washington (UW).

Menurutnya, untuk menangkap ikan tersebut, kamera ditinggal selama sekitar 12 sampai 24 jam di kedalaman laut. Lalu akan memanggil snailfish kembali menggunakan sinyal akustik.

"Temuan spesies ikan baru ini juga mengingatkan kita untuk terus menjelajah," kata Gerringer 

Penemuan snailfish di Palung Mariana mengingatkan kita bahwa bahkan lingkungan yang tampaknya paling tidak ramah dapat mendukung kehidupan, bahkan mungkin memiliki keanekaragaman hayati yang tak terduga. 


livescience.com

Aneh, Ikan Kecil Transparan Ini Mampu Hidup di Lingkungan Ekstrim

Read More

Copyright © 2017 ViralList | Develop By jagowebsite.com | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top